profil pelukis Nashar

profil pelukis Nashar

Nashar lahir di Pariaman, Sumatra barat tamggal 3 oktober 1928 wafat di Jakarta 13 april 1994
karier: Anggota DKJ Komite Seni Rupa, Dosen Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ)





 Pelukis yang bermukim di Jakarta, merasa terganggu kalau lukisan-–lukisannya laku terjual. Itulah Nashar, seorang seniman pelukis yang cukup dikenal dalam kehidupan seni lukis Indonesia dewasa ini. Nashar lebih tepat dapat digolongkan dengan Zaini, Popo Iskandar Baharudin, Oesman Effendi, Trisnosumardjo.



Dan anehnya memang lukisannya jarang sekali laku terjual. Meskipun ia dalam berbagai kesempatan pameran hanya mencantumkan harga lukisannya paling tinggi Rp. 75.000,-. Harga yang tidak seberapa pada tahun 70-an dibandingkan dengan harga lukisan rekan-rekan lain setingkat dia.



“Kasihan Nashar itu lukisannya jarang laku”,”demikian pernah terlontar kesan dari pelukis Rusli, yang banyak mengikuti perkembangan rekannya ini. Bagi Nashar tidak menjadi persoalan apakah lukisannya laku atau tidak. Ia cukup mempunyai alasan yang kuat untuk menerima resiko itu.



Dan ini bukan omong kosong atau semacam lagak untuk menarik perhatian orang lain. Ia telah membuktikan itu semua dan rekan dekat yang pernah berkenalan atau berhubungan dengan dia mengetahuinya. Seorang awak kelahiran Pariaman (Sumbar) ini bertahan tinggal mengelana di Balai Budaya, tidur diatas meja dengan sejumlah lukisan –lukisan yang ditumpuk begitu saja berdesakan.



Menurut gurauan teman-teman adalah, ia orang Minang yang tidak pandai mencari duit. Bahkan untuk mempertahankan pendiriannya yang tak kenal kompromi itu, berani dengan terus-terang berkata’ tidak’, ia keluar dari jabatannya sebagai pengajar di LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta), ini juga dpat diartikan untuk sebuah pendiriannya yang prinsipil bagi dia, berani melepaskan sejumlah honorarium yang cukup besar dari akademi itu.



Di samping itu, dia dikenal pengajar yang suka bergaul langsung dengan siswa-siswanya dan menggambar bersama. Dan bagi siswanya ia tipe pengajar yang simpatik. Bagi Nashar, hal ini bukan tanpa alasan. Ia adalah pelukis yang menolak sistem akademis seperti yang dilaksanakan sekarang. Ketika sanggarnya di TIM, tempat ia bekerja dan melatih siswa-siswanya telah ditutup oleh yang berwewenang di LPPKJ- TIM, diam-diam ia menulis sepucuk surat yang berisi permohonan mengundurkan diri.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Seni Rupa